Tuesday 31 May 2011

WEB SERVER LENGKAP LINUX OPENSUSE UNTUK SENAYAN (SLIMS)


WEB SERVER LENGKAP LINUX OPENSUSE
 Implementasi Otomasi Perpustakaan Dengan Senayan (SLIMS)

                Implementasi otomasi perpustakaan dengan menggunakan makanisme web server agaknya tengah menggejala di ranah perpustakaan, oleh karena itu perpustakaan pun mulai berbenah melaksanakan kegiatan otomasi perpustakaan berbasis web server dengan menggunakan komputer server yang melayani beberapa komputer client untuk kegiatan kerumahtanggan perpustakaan dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan yang lazim disebut dengan sistem otomasi perpustakaan.
                Banyak pilihan untuk melaksanakan kegiatan otomasi perpustakaan, salah satu alternatif yang elegan dan legal adalah dengan menggunakan otomasi perpustakaan opensource yang terbukti handal dan didukung oleh komunitas online yang bersedia membantu segala permasalahan kapanpun dan dimanapun. Contoh nyata yang sekarang ini telah diaplikasikan oleh perpustakaan skala kecil, menengah dan besar adalah senayan library automation system atau (SLIMS). Namun untuk mengaplikasikan sistem otomasi tersebut pustakawan pun harus mau sedikit belajar tentang operating system yang digunakan untuk menjalankan otomasi senayan.
                Memang senayan memiliki kemampuan luar biasa untuk berjalan diberbagai sistem operasi komputer, windows dan linux tentunya yang sering kita gunakan. Portable senayan (psenayan) untuk yang terbiasa dengan windows, atau dengan xampp dan wamp. Sedangkan untuk linux dengan menggunakan senayan source yang diperuntukkan untuk pustakawan yang senang bermain-main dengan kode program dari senayan itu sendiri, dengan sedikit trik dan perubahan perintah kode program untuk menjalankan senayan dengan server berbasis linux.
                Senayan source sejatinya tidak langsung dapat kita jalankan tanpa adanya perangkat pendukung utama yakni server apache, browser (mozila, internet explorer, atau opera), database mysql dan tool pendukung seperti phpmyadmin, archiver dan tentunya jaringan local dengan tcp ip addres.

Untuk menjalankan senayan di linux maka langkah nya adalah sebagai berikut.
1.       Siapkan komputer dan cd bootable linux opensuse, dan mulailah instal os linux di komputer.
2.       Program yang diperlukan adalah apache2, database mysql, bind, php5, dan archiver.
3.       Install semua program tersebut melalui yast diopensuse anda.
4.       Setelah instalasi selesai masuk terminal console dengan username root, aktifkan apache2, dan database mysql.
5.       Cara mengaktifkannya adalah ketik
 Chkconfig –add apache2
/etc/init.d apache2 start

6.       Cara mengaktifkan adalah ketik untuk mysql
Chkconfig –add mysql
ketik /etc/init.d mysql start dan untuk mengeceknya silahkan ketikan mysql, apabila aktif database mysql telah berjalan.
7.       Untuk mengecek apache server berjalan atau tidak, buka browser mozila dan ketikan dialamat url http://localhost/ dan apabila terdapat kata its works ! berarti server apache telah siap digunakan.
8.       Langkah sejanjutnya adalah copy senayan souce di /srv/www/htdocs buat folder senayan tersebut.
9.       Langkah berikutnya buka console dan masuk ke database mysql untuk merubah hak akses database senayan supaya dikenali oleh server....
                $ mysql –uroot –p
                Mysql> create database senayan;
                Grant all priviledges on senayan.*to senayan_user@localhost identified by         ‘password_seanayanuser’;
                Flush privileges;
                \q    atau quit.


10.   Buka url http://localhost/phpmyadmin copy kan datamysql senayan dengan cara import data mysql atau nama lainnya adalah mysql dump. Apabila oke database siap digunakan.
11.   Buka url http://localhost/senayan/ .....oke dan masuk ke halaman admin.
12.   Proses pembuatan server dengan linux selesai dan its work ! congragulations


--------(Bersambung ke artikel berikut)------

Monday 4 April 2011

STRATEGI DIGITAL UNTUK MENINGKATAN PEMANFAATAN E-JOURNAL


STRATEGI DIGITAL UNTUK MENINGKATAN PEMANFAATAN E-JOURNAL
Perspektif Pustakawan dan Perpustakaan
Naskah partisipasi
Pendahuluan
            Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi para pemustaka. Definisi perpustakaan tersebut tentunya memiliki korelasi dan perubahan paradigma dengan kondisi masyarakat sekarang yang lebih menggantungkan pada aspek keabsahan dan kemutakhiran nilai informasi sebagai tulang punggung dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak mengherankan apabila kondisi masyarakat sekarang ini telah terbiasa dengan jargon “the age of networked intellegence” yang lebih menitikberatkan pada nilai informasi global yang merupakan komoditi publik yang dipengaruhi oleh sinergi antara perangkat teknologi informasi dan sumber-sumber informasi global. Masyarakat telah jamak mengenal istilah browsing, chatting, mailist, social networking yang kesemuanya telah menjelma menjadi media standar yang harus ada untuk mendapatkan informasi. Abad informasi dengan metode one klik menjadi keseharian masyarakat dimanapun dan kapanpun. Tidak dapat dipungkiri bahwa nilai informasi semakin berkembang sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Informasi tidak saja tergolong dalam kondisi bebas dalam mengaksesnya, tetapi terdapat pula informasi yang memerlukan biaya dan keahlian khusus dalam mendapatkan atau mengaksesnya.
            Nilai informasi tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berfungsi sebagai keterangan yang bisa dijadikan alat menambah pengetahuan semata, akan tetapi lebih dari itu. Semua informasi mempunyai potensi berarti bagi masyarakat, tetapi bagi perpustakaan yang mempunyai kewajiban menyajikan informasi terkadang mengalami kesulitan menseleksi jenis informasi apa yang berguna bagi kepentingan pengguna secara umum. Perpustakaan mempunyai wewenang untuk mengolah informasi dalam bentuk apapun. Perpustakaan seharusnya menjadi institusi pertama memberikan layanan hasil olahan “produk informasi” yang sebenarnya merupakan peluang bagi perpustakaan untuk menjadi pusat sumber informasi utama dalam tatanan masyarakat.
            Untuk menghasilkan informasi yang berdaya guna maka diperlukan seleksi informasi dari sumber-sumber informasi global yang ada. Seperti halnya dengan pemanfaatan e-journal yang dilayankan oleh perpustakaan kepada pemustaka. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini telah terjadi euforia di kalangan perpustakaan perguruan tinggi. Pemicu dari situasi tersebut adalah berkaitan dengan maraknya pengembangan konsep perpustakaan berbasis digital. Istilah perpustakaan digital, digitalisasi, layanan digital berbasis online, seperti layanan virtual, layanan online dan lainnya sering menjadi bahan perdebatan di antara pustakawan khususnya pustakawan perguruan tinggi. Permasalahan tersebut sering menjadi tema sentral di berbagai seminar ataupun diskusi ilmiah di kalangan pustakawan, bahkan di beberapa milis pustakawan. Beberapa ahli di bidang perpustakaan membahas dan menuangkan ide-ide tentang perpustakaan berbasis digital. Ada dinamika perubahan di dalamnya, ada kehidupan lain yang berbeda dari citra perpustakaan selama ini. Berbagai aspek pembahasan bergulir dengan cepatnya dan salah satu yang berkembang dan menjadi bahan diskusi adalah tersedianya koleksi dalam bentuk online seperti e-journal. Jika dibandingkan dengan jenis perpustakaan yang lain, perpustakaan perguruan tinggi yang paling sensitif dalam mengakomodasi proses penyediaan e-journal. Sudut pandang yang digagas adalah dari kebutuhan informasi pengguna yang biasa disebut dengan pemustaka. Pemustaka perpustakaan perguruan tinggi dapat dikategorikan sebagai pengguna potensial online journal. Mereka adalah civitas akademika dan para peneliti di perguruan tinggi yang bersangkutan. Selain itu, dari segi kebutuhannya pun lebih jelas yaitu informasi terkini (current information) dalam bentuk hasil-hasil penelitian atau pendapat para ahli di bidangnya. Semuanya lebih banyak tersedia di jurnal-jurnal ilmiah. Cakupan online journal berisi berbagai subjek dalam bentuk artikel hasil penelitian dan juga pandangan para ahli. Banyak diantaranya dituliskan kembali di jurnal ilmiah yang kemudian artikelnya dialihmediakan menjadi artikel digital.
            Sudut pandang yang melandasi layanan e-journal bagi perpustakaan perguruan tinggi adalah kebutuhan pemustaka yang memiliki sifat dan karakter berbeda dalam hal mendapatkan layanan informasi yang terkini, cepat dan tepat, oleh karena itu perpustakaan sudah seharusnya melaksanakan tindakan strategi digital untuk meningkatkan mutu dan layanan pemanfaatan e-journal. Bentuk strategi digital tersebut berupa konsep strategi pemasaran produk secara umum yang memiliki kaitan dengan pengembangan layanan e-journal di perpustakaan perguruan tinggi.

e-journal
            Lasa HS (2009) mendefinisikan jurnal atau journal adalah catatan peristiwa dari hari kehari. Penggunaan kata jurnal untuk berbagai bidang juga memberi arti yang bervariasi, misalnya jurnal dalam bidang ekonomi menunjukan sistem pembukuan rangkap. Jurnal dalam bidang pelayaran diartikan sebagai logbook berarti buku untuk mencatat semua kejadian selama pelayaran. Jurnal sebenarnya merupakan publikasi ilmiah yang memuat informasi tentang hasil kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi minimal harus mencakup kumpulan atau kumulasi pengetahuan baru, pengamatan empiris dan pengembangan gagasan atau usulan. Dengan demikian jurnal merupakan representasi dari pengetahuan baru tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara empriris dan biasanya merupakan gagasan yang terbaru. Sedangkan untuk mendefinisikan lebih lanjut tentang jurnal elektronik atau e-journal adalah jurnal yang segala aspek (penyiapan, review, penerbitan, dan penyebaran) dilakukan secara elektronik. Latar belakang yang memunculkan jurnal elektronik adalah mahalnya percetakan jurnal, kemajuan teknologi komputer dan meluasnya teknologi jaringan world wide web (www). Perbedaan media pelayanan yang menggarisbawahi jenis layanan antara jurnal dari bahan tercetak dan e-journal (elektronik jurnal) adalah dalam bentuk media penyimpanannya saja yakni elektronik.
            Sedangkan Reitz (2007) dalam Siswadi menggunakan istilah jurnal elektronik (electronic journals) untuk online journal. Mendefinisikan bahwa  jurnal elektronik sebagai versi digital dari jurnal tercetak, atau jurnal seperti dalam bentuk publikasi elektronik tanpa versi tercetaknya, tersedia melalui email, web atau akses internet. Baik online journals maupun jurnal tercetak merupakan jurnal dalam cakupan terbitan berseri. Perbedaannya terletak pada media aksesnya dimana jurnal tercetak dalam bentuk tercetak berbahan baku kertas dan dibaca langsung, sedangkan online journal berupa jurnal dalam bentuk digital dan untuk membacanya diperlukan akses internet terlebih dahulu. Keduanya memiliki sumber informasi yang sama yaitu jurnal.
            Media online dalam hal ini internet memiliki peran yang utama dalam penyebaran dan pemanfaatan jurnal, oleh karena itu perbedaan terminologi jurnal itu sendiri apakah online journal, jurnal elektronik maupun e-journal pada prinsipnnya adalah sama yaitu jurnal untuk media cetak menggunakan kertas, yang intinya adalah sebagai suatu hasil pengetahuan yang dilakukan secara empiris tentang gagasan-gagasan terbaru untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berguna bagi masyarakat pada umumnya.
            Jurnal sendiri memiliki fungsi penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan sebagai lembaga yang mempunyai fungsi informasi dan penelitian, secara langsung menjadi matarantai proses perkembangan ilmu tersebut. Seorang ilmuwan akan menyebarkan informasi atau ilmu yang dimilikinya kepada orang lain dengan artikel yang ditulis oleh ilmuwan tersebut. Proses penyebaran ilmu melaui artikel jurnal merupakan salah satu mata rantai perkembangan ilmu. Jurnal sebagai media dimana artikel ditulis memberikan peranan yang besar. Sebagai sumber informasi mutakhir maka jurnal dalam media cetak dan media elektronik merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya menyebarkan ilmu pengetahuan terkini kepada pengguna perpustakaan, ditambah dengan kemampuan jurnal itu sendiri berkolaborasi dengan perangkat teknologi informasi dan jaringan maka akan menambah nilai mutu informasi yang berguna bagi masyarakat pada umumnya. Jurnal kemudian bermetamorfosa dalam media elektronik dan jaringan global, secara terminologi masyarakat menyebutnya dengan e-journal.
            Dalam segi layanan informasi e-journal kepada pemustaka setidaknya apabila perpustakaan melayankan e-journal maka akan memudahkan proses layanan tersebut diantaranya, lebih murah biaya pencetakannya, karena tidak lagi menggunakan media kertas tercetak, hemat tempat bagi pustakawan, dalam waktu yang sama dapat dimanfaatkan oleh banyak orang, lebih cepat tersajikan kepada pemustaka, tidak perlu memproses seperti jurnal cetak, cepat penerbitannya. Namum demikian apabila perpustakaan melayani pemustaka dengan layanan e-journal, maka perpustakaan terlebih dahulu memperisiapkan komponen-komponen pendukung untuk melayankannya Perpustakaan tentu saja perlu menyediakan fasilitas-fasilitas yang berorientasi cyber, seperti hot spot area dengan segala perkakas pendukungnya (tempat khusus akses, listrik, meja kursi, workstation). Layanan perlu dikembangkan untuk memudahkan para pengguna, misalnya perpustakaan menyiapkan petugas untuk membantu users taraf pemula, menambah jam layanan (khusus ruang askes) atau bila mungkin layanan 24 jam nonstop, menciptakan suasana senyaman mungkin, menyediakan ruang khusus untuk minum atau relaksasi sejenak. Sosialisasi layanan jurnal pun harus menjadi perhatian bagi pustakawan untuk memberikan layanan yang baik dan bermutu, sekedar mengenalkan username dan password kepada pemustaka bisa menimbulkan empaty berharga antara pemustaka dan pustakawan.
            Pemanfaatan e-journal pada dasarnya merupakan layanan cyber dengan beragam informasi yang bersumber dari jaringan global, tentunya peran dari pustakawan sebagai penyaji informasi memerlukan keahlian khusus bagaimana agar layanan tersebut berguna dan diminati oleh pemustaka. Pustakawan seharusnya memiliki strategi pemasaran digital untuk meningkatkan layananan dan pemanfaatan e-journal yang apabila berhasil melaksanakan strategi tersebut akan menciptakan ekosistem intelektualitas antara berbagai sumber-sumber informasi, pemustaka dan pustakawan.


Strategi digital
            Strategi digital pada dasarnya merupakan strategi pemasaran yang termasuk dalam rumpun ilmu ekonomi. Pemasaran sendiri memiliki peranan yang penting dalam berbagai macam kegiatan, tidak terkecuali pada bidang usaha saja, perpustakaan pun wajib menerapkan konsep pemasaran untuk meningkatkan mutu layanan dan pemanfaatan layanan perpustakaan. Pengertian pemasaran tidak dapat dilihat hanya sebatas sebagai suatu kegiatan sederhana yaitu pemasaran masal yang menekankan pada kegiatan penjualan, sistem distribusi melalui jaringan penjualan yang sangat luas. Namun pemasaran harus dilihat sebagai suatu penerapan ilmu manajemen, yang mencakup proses pengambilan keputusan yang didasarkan atas asas konsep pemasaran dan proses manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan kebijakan, strategi, dan pengendalian. Dengan kata lain manajemen pemasaran merupakan strategi pemasaran terpadu (marketing mix strategi) yang sangat penting dalam pengelolaan suatu institusi yang berorientasi pada konsumen.
            Assauri (2004) mendefinisikan strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha permasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.
            Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan kelemahan perusahaan serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya. Disamping itu strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan dijalankan harus dinilai kembali apakah masih sesuai dengan kondisi saat ini. Penilaian atau evaluasi ini menggunakan analisis keunggulan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan menentukan strategi yang akan dijalankan pada masa yang akan datang.
            Sedangkan Hudspeth (2010) memandang pemasaran dari kacamata pemanfaatan media teknologi digital yang merubah konsep pemasaran konvensional menjadi konsep pemasaran digital yang lebih familier dengan perkembangan pola pikir masyakarat sekarang. Secara historis perkembangan media sebagai sarana pemasaran merupakan bagian terintegrasi dari proses pemasaran produk dengan media tradisional yang kemudian berubah dengan adanya penggunaan teknologi digital berupa internet. Media digital dalam hal ini internet menjadi penentu komunikasi pemasaran suatu produk. Dengan adanya alasan historis media digital yang menjadi tulang punggung dalam proses pemasaran tersebut, maka memunculkan tindakan strategi digital untuk dapat mengikat dan memasarkan kepada pelangan, stakeholder, media, dan siapapun untuk menjadi target pemasaran yang sudah disiapkan. Dengan kata lain stratagi digital diperlukan untuk mempengaruhi pola pikir pengguna untuk mau melaksanakan tindakan seperti yang diinginkan, dengan memanfaatkan media digital seperti internet, komputer dan teknologi komunikasi.
            Tindakan strategi digital bagi perpustakaan untuk memanfaatkan e-journal menjadi keharusan yang tidak dapat ditinggalkan. Perpustakaan dapat melaksanakan tindakan strategi digital dengan mengambil langkah-langkah diantaranya:
1.      menganalisa strategi pemasaran dengan berdasarkan pada analisis lingkungan yang meliputi keadaan pengguna, perkembangan teknologi, keadaan ekonomi, kebijakan pemerintah, keadaan sosial dan politik. Bagi perpustakaan perguruan tinggi faktor pengguna potensial dari layanan e-journal adalah civitas akademika yang mengedepankan informasi terkini, maka dengan menganalisa bentuk strategi pemasaran tersebut perpustakaan dapat menentukan sasaran dan tindakan untuk meningkatkan dan memberikan layanan yang diharapkan oleh pengguna. Sosialisasi pemanfaatan layanan dan mengananalisa perilaku pencari informasi dapat menjadi acuan dalam melaksanakan strategi pemasaran untuk pelayanan e-journal. Perkembangan teknologi tidak mungkin diabaikan dalam strategi pamasaran digital, perpustakaan harus menggunakan perangkat teknologi ini untuk memberikan layanan yang maksimal, contoh sederhana pemanfaatan teknologi ini dapat menggunakan sarana media sosial (facebook, twitter, plurk), e-mail, sms gateway yang memungkinkan kemudahan akses dalam pelayanan kepada pengguna perpustakaan. Faktor perkembangan teknologi berkorelasi dengan keadaan ekonomi pengguna sebagai target dari pemasaran. Keadaan ekonomi yang ini berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendapatkan akses informasi dari manapun dan kapanpun. Sedangkan kebijakan pemerintah menjadi payung kebijakan layanan informasi dan strategi pemasaran untuk menyebarkan informasi yang berguna bagi pengguna. Kebijakan tersebut berpengaruh kepada keadaan sosial dan politik masyarakat yang menggantungkan pada nilai dan keabsahan akan informasi.
2.      menganalisa strategi pamasaran dengan memperhatikan faktor internal perpustakaan, dengan menganalisa faktor-faktor seperti faktor keuangan atau pembelanjaan, pemasaran, produksi organisasi perpustakaan dan sumber daya manuasia. Faktor internal perpustakaan harus menjadi acuan untuk melaksanakan kegiatan strategi pemasaran layanan kepada pemustaka. Faktor keuangan dan anggaran harus diperhatikan karena dilatarbelakangi oleh nilai jual e-journal yang sangat mahal dan kadang malah menimbulkan masalah baru dalam pengadaan e-journal. Memang dapat dipahami dengan perpustakaan berinvestasi layanan e-journal yang begitu mahal, maka perpustakaan pun harus dituntut untuk meningkatkan pemanfaatan nilai informasi yang terkandung dari e-journal tersebut. Perpustakaan harus siap untuk memberikan layanan yang prima dengan tetap berprinsip bahwa informasi harus dimanfaatkan oleh pengguna meskipun memerlukan biaya yang sangat mahal. Perpustakaan dapat menerapkan prinsip ekonomi dengan kaidah permintaan dan penawaran informasi sebagai produk untuk menutupi anggaran yang begitu besar dalam pengadaan e-journal. Tindakan seperti ini tentunya dapat dilaksanakan dengan adanya permintaan dan investasi informasi yang seimbang antara perpustakaan, pemustaka dan biaya anggaran. Faktor pemasaran, produksi organisasi perpustakaan dan sumber daya manusia dalam strategi pemasaran dapat dijadikan blue print perpustakaan dalam proses pelayanan dan pemanfaatan e-journal kepada pemustaka. Pemasaran dan produksi informasi bagi perpustakaan memang merupakan kondisi yang baru ditengah kondisi masyarakat yang sadar akan nilai informasi, tetapi bagi perpustakaan yang menganut “misi sosial” layanan agaknya masih dalam perdebatan. Namum demikian bagi perpustakaan sekarang ini sudah seharusnya bertransformasi menjadi lembaga penyaji informasi (information privider) dengan cara menyajikan informasi yang betul-betul diharapkan oleh pemustaka melalui hasil olahan dari “produk informasi” perpustakaan. Penyajian informasi dengan menggabungkan promosi dan sosialisasi layanan informasi pun menjadi keharusan untuk membuka wacana baru bagi pemustaka, dan sebagai komponen layanan yang melaksanakan kegaitan tersebut adalah pustakawan sebagai sumber daya manusia perpustakaan yang menyajikan informasi. Pustakawan sebagai seorang penyaji informasi harus sadar dan mau merubah paradigma bahwa pemustaka memerlukan informasi yang betul-betul diharapkan dan menjadi tulang punggung dalam aspek kehidupan. Pustakawan harus meningkatkan kertampilan, kemampuan, keahlian komunikasi dengan media digital untuk melayani pemustaka.
            Strategi digital pada dasarnya adalah kegitan strategi pamasaran dalam lingkup pengambilan keputusan, analisa kebutuhan pengguna, kebijakan layanan yang dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan perangkat teknologi digital. Bagi perpustakaan yang melaksanakan layanan digital online seperti pemanfatan e-journal langkah strategi digital sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhan antara pemustaka dan pustakawan sebagai pihak yang saling menggantungkan satu sama lain. Pustakawan sebagai penyaji informasi harus melaksanakan kegiatan strategi digital untuk mengetahui perilaku pemustaka akan layanan informasi dari layanan e-journal.

Penutup
            Akad perpustakaan kepada pemustaka dan kepada masyarakat secara umum adalah sebagai sumber informasi dan sebagai penyaji informasi. Salah satunya adalah perpustakaan memberikan layanan informasi cyber berupa e-journal. Pemustaka sebagai konsumen informasi bagi perpustakaan tentunya menyambut gembira berbagai jenis layanan terkini yang memang sangat dibutuhkan sebagai referensi dan untuk memenuhi kebutuhan informasi secara umum. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai salah satu jenis perpustakaan yang berkembang di kalangan masyakarat harus meningkatkan mutu layanan dengan cara melayankan dan meningkatkan pemanfatan e-journal sebagai salah satu sumber informasi yang sangat diperlukan oleh civitas akademika. Masyarakat yang mengakses informasi dikalangan perguruan tinggi begitu tanggap dan haus akan informasi ilmiah terkini yang diperlukan untuk referensi ilmiah, penelitian, pendidikan dan pengabdian masyakarat.
            Pustakawan sebagai penyaji informasi sudah seharusnya menganalisa kebutuhan pengguna yang begitu familier dengan informasi cyber, contoh sederhana layanan e-journal harus menjadi pembelajaran akan nilai informasi yang begitu diutamakan bagi masyakarat dengan adanya berbagai media cyber yang memiliki banyak keunggulan. Strategi digital harus menjadi tulang punggung pustakawan dan perpustakaan untuk melayankan informasi kepada pemustaka. Kondisi masyarakat sekarang telah bertransformasi menjadi masyarakat informasi dengan kaidah informasi sebagai landasan utama dalam aspek kehidupan. Kalau perpustakaan tidak berusaha mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan informasi, mungkinkah perpustakaan disebut sebagai pusat sumber infomasi?.




Daftar Pustaka

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran; Dasar, konsep dan strategi. Jakarta: PT                   RajaGrafindo Persada.

Hudspeth, Neil .2010. Digital Strategy Menghasilkan Multiple ROI.
              Majalah SWA Sembada no 26./xxvi/9-19 Desember.

Lasa HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

                    Nurochman, Arif. 2007. Ekonomi Informasi: Refleksi untuk Sumber-sumber Informasi dan              Perpustakaan. Media Informasi. Vol.XVI. No. 2.

                    Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan; Strategi            Perencanan Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius

Siswadi, Irman. 2008. Ketersediaan Online Journal di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Visi  Pustaka. Vol.10 No.2 Agustus.


























Meramahkan Perpustakaan Cyber dengan Opensource


            Apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar adanya kalimat cyber, barangkali yang terbayang dalam pikiran kita adalah kondisi dimana alam bawah sadar kita mengarah kepada keadaan atau situasi yang semua unsur kegiatannya dilaksanakan dengan bantuan mesin ataupun penggunaan teknologi informasi global yakni internet. Cyber dalam arti yang lain dapat diartikan sebagai dunia maya yang menggantungkan seluruh kegiatan pada ada tidaknya perangkat teknologi informasi dan komunikasi global berupa internet. Lantas apa pula perpustakaan cyber yang tentunya apabila kita artikan akan merubah persepsi kita selama ini bahwa perpustakaan adalah tempat bertumpuknya koleksi dijajaran rak yang tertata rapi dengan sistem pengorganisasian informasi tertentu yang kemudian dilayankan kepada pemustaka. Perpustakaan cyber merupakan perpustakaan yang menggunakan perangkat teknologi informasi internet dalam setiap kegiatan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada pemustaka. Dengan demikian, apabila perangkat teknologi informasi yang menjadi tulang punggungnya, lantas bagaimana dengan informasi yang dilayankan yang berubah bukan lagi tercetak melainkan database yang terpadu dan bernaung dalam sistem manajemen informasi perpustakaan? Apabila perpustakaan telah berorientasi cyber bagaimana pula koleksi cetak perpustakaan sebelumnya yang berupa buku, majalah, jurnal, karya penelitian dosen yang selama ini sebagai koleksi utama perpustakaan? Apakah koleksi tercetak tersebut dengan serta merta akan dihilangkan? Tentu jawabannya adalah tidak demikian.
                Bahwa perpustakaan cyber akan menjadi tujuan pelayanan perpustakaan kepada pemustaka dengan berbagai kemudahaan akses informasi dengan adanya sinergi antara perpustakaan dan internet, namun koleksi tercetak akan selalu dilayankan kepada pemustaka, tidak akan dihilangkan. Tentunya perpustakaan membuat layanan cyber hanya sebatas pada wakil document dari data bibliografi koleksinya, apabila menginginkan layanan yang berorientasi cyber maka perpustakaan harus melakukan pengadaan koleksi berupa e-book ataupun e-journal yang sumber informasinya adalah fullteks yakni konten isinya pun dapat kita dapatkan tidak sebatas pada wakil dokumennya. Perpustakaan cyber pun dapat saling pertukar informasi kepada perpustakaan lainnya melalui format hiperlink untuk saling meng- update isi informasi yang lebih aktual.
                Untuk membanggun perpustakaan cyber tahap pertama adalah tersedianya sistem manajemen informasi perpustakaan atau lazim disebut sebagai sistem otomasi perpustakaan yang tentunya sistem otomasi tersebut dipersiapkan untuk mengelola dan mengorganisasikan dokumen-dokumen digital. Sistem otomasi ini berupa software otomasi perpustakaan. Software perpustakaan ini biasanya didapatkan oleh perpustakaan dengan cara membeli atau membuat sendiri dengan bantuan pengembang software sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Namun cara-cara seperti ini apabila tidak dikaji secara mendalam oleh perpustakaan akan menimbulkan masalah pada saat implementasi software untuk segera dilayankan.
                Cara bijak untuk mendapatkan software otomasi perpustakaan yang berorientasi pelayanan cyber adalah menggunakan software opensource, yang didapatkan secara cuma-Cuma atau gratis. Perpustakaan tinggal mengunduh dari internet dan langsung dapat mengimplementasikan untuk perpustakaan. Contoh software ini adalah senayan library automation system (SLIMS). Perpustakaan tidak perlu takut dimejahijaukan apabila menggunakan software SLIMS ini, meskipun sudah memodifikasi mengurangi atau menambah program pun tidak melanggar hukum karena sifat dari program ini yang bersifat lisensi untuk umum atau general public lisence (GPL). Sedangkan apabila terjadi ketidakpahaman operasional program, tersedia komunitas online yang siap membantu apapun masalahnya dan kapanpun pembahasannya. Dukungan komunitas sudah tersebar dari jakarta, bandung, semarang, surabaya, jogjakarta dan kota-kota besar lainnya. SLIMS menyertakan juga manual program instalasi dan manual aplikasi program yang dibuat secara aplikatif tahap demi tahap. Untuk mendapatkan software silahkan diunduh dialamat web site http://senayan.diknas.go.id/web2/., (sekarang di alamat url http://slims.web.id/web/)
                Keunggulan SLIMS yang lain adalah dikembangkan oleh pengembang program yang berkecimpung secara langsung diperpustakaan yakni di perpustakaan bagian humas dinas pendidikan nasiohnal jakarta, sehingga secara tidak langsung software sudah disesuaikan dengan kebutuhan antara pustakawan dan pemustaka.
                Perpustakaan cyber sudah selayaknya diaplikasikan oleh perpustakaan untuk memberikan layanan terbaik kepada pemustaka perpustakaan. Ketakutan perpustakaan untuk berubah melaksanakan perpustakaan berbasis teknologi yang selalu berati mahal untuk membeli software agaknya tidak menjadi kendala untuk melaksanakannya. Perpustakaan dapat menggunakan software opensource yang bersifat gratis dan tidak melanggar hak cipta. Tentunya kalau perpustakaan tidak mau merubah paradigma layanan tradisional ke layanan cyber, perpustakaan patut dipertanyakan kapabilitas dan kompetensinya. Apakah informasi diperpustakaan hanya untuk petugas atau untuk pemustaka dan penggunanya?

Tuesday 1 March 2011

Cara Mudah Membangun e-Library


Cara mudah membangun e-Library
 
            Munculnya istilah e-Library merupakan kolaborasi terkini antara perpustakaan dengan teknologi informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi para pemustaka, sedangkan e-Library merupakan kesatuan manajemen database perpustakaan yang dikelola sedemikian rupa dengan sarana penerapan teknologi informasi. Dengan demikian e-Library merupakan regenerasi perpustakaan konvensional yang melayankan koleksi tercetak menjadi perpustakaan modern dengan melayankan, menyimpan, menghasilkan, mengolah dan menyebarkan informasi dalam media elektronik. e-Library atau perpustakaan elektronik juga merupakan penyimpan nilai informasi dari dokumen, audiovisual, dan materi grafis yang tersimpan dalam berbagai jenis media cetak yang berkisar dari buku cetak, majalah, laporan dan poster hingga ke mikrofis, slid, film, video, compact disc, audio tapes, optical disc, pita magnetis, disket atau floppy disc, serta media lain yang tengah dikembangkan.
             e-Library juga merupakan bagian dari jaringan kerja (network), dimana secara teoritis pemakai dapat memperoleh salinan elektronik sebuah dokumen darimanapun, asal tidak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan sosial. e-Library mulai berkembang pesat sejak tahun 1990 diiringi dengan kemajuan teknologi jaringan komputer internet yang memungkinkan pengaksesan informasi dari satu tempat ke tempat lain yang sangat jauh dalam waktu singkat.
            Beberapa perpustakaan baik perpustakaan sekolah, perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan nasional berlomba menerapkan e-Library untuk memanjakaan pengguna dengan kemudahan akses yang dilayankan, seiring dengan tuntutan dari masyarakat itu sendiri yang sudah biasa dengan perangkat teknologi.        Bentuk nyata penerapan teknologi informasi diperpustakaan adalah mengkomputerkan sistem temu kembali informasi dengan sistem jasa layanan yang terintegrasi. Hanya saja mengingat teknologi informasi tidak hanya terbatas pada perangkat keras hardware dan perangkat lunak software, tetapi juga mengikutsertakan manusia serta tujuan yang ditentukan. Penggunaan teknologi informasi terutama e-Library sebagai pilihan dalam mengembangkan perpustakaan perlu memperhatikan beberapa aspek diantaranya aturan dan kemampuan perpustakaan. Penerapan e-Library secara menyeluruh untuk pengguna dalam konteks perpustakaan tidak hanya data bibliografi dan layanannya, tetapi menyangkut semua aspek kandungan informasi yang terdapat didalamnya yakni isinya (full text).

Software e-Library
            Internet merupakan referensi mutakhir bagi e-Library sekaligus sebagai mitra untuk menyebarkan layanan perpustakaan elektronik kapanpun dan dimanapun tanpa terbatas pada ruang dan waktu. Untuk menerapkan e-Library setidaknya pengelola perpustakaan harus mempersiapkan perangkat sofware yang dikhususkan untuk mengelola koleksi elektronik. Memang banyak cara bagaimana perpustakaan mendapatkan software perpustakaan elektronik yang baik dan bermutu. Diantaranya adalah membeli software dari pengembang program dengan modul-modul pengeloaan perpustakaan elektronik yang diinginkan, membuat sendiri software perpustakaan elektronik, tentunya bagi pustakawan yang paham akan rekayasa pengembangan program, mengunduh dari internet dengan memanfatkan program opensource yang memiliki banyak pilihan dengan dukungan komunitas pengguna. Apabila ingin memodifikasi software e-Library opensource, perpustakaan tidak perlu membayar royalty kepada pembuat program, dan memodifikasi sesuai kebutuhan perpustakaan pun tidak  melanggar hak cipta karena software tersebut bersifat bebas dan gratis.
            Salah satu software e-Library yang bersifat opensource adalah senayan library information system (SLIM) yang dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Depdiknas RI. Software dapat diunduh secara cuma-Cuma di alamat situs http://senayan.diknas.go.id/web2/, (sekarang di alamat url http://slims.web.id/web/) Kelebihan dari software ini adalah dengan menggunakan teknologi web server dan penggunaan database yang fleksibel dengan tampilan grafis sekali klik. Software tersedia dalam dua tipe yakni portable senayan (psenayan) yang dikhususkan untuk pengguna operating system windows dan senayan source untuk pengguna yang memahami penggunaan web server dan manajemen database yang lebih kompleks. Software senayan menyertakan pula panduan instalasi yang terkemas dalam senayan handbook sebagai pedoman penggunan aplikasi software senayan dari proses input data koleksi, layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pelaporan, penyiangan koleksi, penelusuran katalog komputer, backup data, pembuatan barcode dan pembuatan kartu anggota. Program aplikasi senayan sangat tepat untuk perpustakaan berskala kecil sampai perpustakaan berskala besar karena dibuat oleh pengembang software yang telah lama berkecimpung dalam dunia perpustakaan.
Kenyamanan pengguna
            Sebagai pusat informasi publik sudah sepantasnya perpustakaan memberikan terobosan layanan informasi terbaik untuk pengguna. Salah satunya adalah dengan mengalihkan layanan konvensional perpustakaan menjadi layanan dengan penggunaan teknologi informasi dan internet melalui e-Library. Perpustakaan dapat memanfaatkan e-Library opensource untuk memanjakan pengguna tanpa harus berinvestasi terlalu besar untuk membeli software dan membeli hak cipta. Dengan e-Library peran dari perpustakaan sebagai bagian dari sarana belajar seumur hidup masyarakat akan lebih bermakna. Apabila sudah demikian maka perpustakaan akan selalu dirindukan oleh pengguna dan masyarakat luas.

Wednesday 9 February 2011

Perpustakaan Untuk Semua



Ketika kita bertanya kepada seratus orang tentang apa itu perpustakaan, maka seratus pula jawaban dari masing-masing orang tersebut dan kesemuanya pun mendefinisikan dengan tepat dan benar. mengapa demikian?. Perpustakaan memang sudah berkembang sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat itu sendiri. Dari sisi praktisi ekonomi misalnya mereka memandang bahwa perpustakaan merupakan sebuah institusi yang menyediakan jasa layanan  informasi kepada masyarakat yang membutuhkan, kalau sudah demikian maka kegiatan layanan jasa di perpustakaan pun dapat menggunakan kaidah-kaidah ilmu ekonomi yaitu adanya penawaran dan permintaan akan informasi. Akses informasi kemudian dapat dijadikan komiditi yang dapat menunjang aktivitas masyarakat.  Jika sudah demikian maka sah-sah saja apabila kemudian perpustakaan dapat bermetamorfosa menjadi organisasi bersifat profit oriented. Dari sudut pandang social budaya, memandang bahwa perpustakaan merupakan sarana interpretasi dari gaya hidup social masyarakat dan aspek sendi kehidupan masyarakat. Perpustakaan merupakan pengejawantahan bagaimana tingkat social budaya masyarakat pada saat ini telah maju atau tidak. Tentunya tingkat kemajuan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana kondisi masyarakat tersebut telah dapat melaksanakan kegitan baca tulis ataupun tidak, bagaimana dengan tingkat melek informasi masyarakat tersebut, bagaimana dengan tingkat ketersediaan sumber-sumber informasi yang menunjang aktivitas masyarakat. Secara umum gambaran tersebut yang terjadi dalam kaidah social budaya masyarakat tentang apa itu perpustakaan. 
Bagi dunia pendidikan perpustakaan merupakan sarana terpenting dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan. Perpustakaan sebagai sarana belajar mandiri dengan berbagai sumber informasi yang telah disediakan. Keadaan ini sebenarnya berjalan selaras dengan tuntutan akan proses pendidikan yang lebih menekankan pada aspek kreatifitas peserta didik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang bersifat satu arah, artinya hanya mengandalkan pada satu orang pendidik (guru/pengajar) yang aktif saja, sedangkan peserta didik hanya menerima (pasif). Keadaan sekarang tidak demikian, melainkan terjadi pardaigma baru dalam system pengajaran yang lebih menekankan pada aspek komunikasi dua arah, pengajar hanya bersifat mediator saja. Peserta didik memiliki hak otonom untuk mengembangkan dan mengasah kemampuan intelektualitasnya. Jika kondisinya demikian maka perpustakaan memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pendidikan dan pengajaran dengan catatan bahwa kondisi perpustakaan mendukung semua proses kegiatan belajar mengajar.
Lain halnya dengan pandangan akan arti perpustakaan dari sudut pandang politik. Perpustakaan merupakan sarana ajang mobilisasi masa untuk bagaiamana partai politik dapat memenangkan proses pemilihan umum. dengan perpustakaan maka diharapkan partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan umum berpastisipasi 100%, masyarakat menjadi sadar akan arti peting dari pemilu.
Sedangkan dari sudut pandang ilmu perpustakaan sendiri pun telah mengalami pergeseran paradigma yang tidak lagi menganggap bahwa  perpustakaan adalah sebuah tempat yang didalamya tersusun berbagai macam buku, berdebu tidak nyaman serta penuh dengan kesunyian. Perpustakaan merupakan serangkaian organisasi terpadu yang memiliki keterkaitan satu sama lain, diantarannya layanan sirkulasi, layanan referensi, pengolahan, penyebaran informasi dan manajemen pengelolaan informasi. Perpustakan tidak lagi merupakan kumpulan buku semata yang disusun secara sistematis melainkan satu kesatuan organisasi informasi dengan berbagai karakteristik bidang layanan akan informasi. Kata kunci akan informasi dan perpustakaan menjadi bagian yang paling utama dalam organiasasi perpustakaan. Apabila berbicara tentang informasi maka kita pun berbicara tentang perpustakaan. Pusdokinfo bentuk serupa akan informasi dan perpustakaan, masyarakat telah memahami akan pentingnya perpustakaan. Pustakawan pun punya kewajiban menyajikan informasi yang tepat untuk masyarakat. Disaat masyarakat sudah terbiasa dengan gaya hidup digital, perpustakaan pun berlomba meningkatkan mutu layanan dengan mengaplikasikan layanan berbasis ICT. Tinggal kesediaan pustakawan saja membuka pemahaman baru bahwa perpustakaan selalu berkembang dinamis mengikuti pola perkembangan masyarakat.



Wednesday 20 October 2010

Konversi Data dan Migrasi Data CDS/ISIS ke Excel, Mysql dan Senayan (SLIMS)

Konversi data untuk organisasi perpustakaan adakalanya menimbulkan masalah bagi operator khususnya pustakawan yang tengah mempersiapkan untuk beralih progam otomasi atau hanya kegiatan keseharian biasa yang hanya menampilkan hasil cetakan berupa cetakan kertas atau berupa file yang sering digunakan untuk laporan administrasi perpustakaan. Sebut saja tipe file doc. atau xls maupun sql file. Seperti halnya kegiatan konversi data dari pangkalan data 1 dipindahkan ke pangkalan data yang lainnya, yang intinya adalah mengkonversi data bibliografi buku/pustaka ke pangkalan data yang lain.
Bagi sebagian pustakawan dan perpustakaan pastinya sangat paham dengan program CDS/ISIS dan program turunannya yang memang menjadi primadona bagi pustakawan dan perpustakaan dengan tampilan dos yang mencitrakan bentuk katalog untuk hasil penelusuran data bibliografisnya, namum untuk kegiatan konversi data dari ISIS ini diperlukan trik tersendiri untuk mendapatkan hasil konversi data yang maksimal dan kita kehendaki.
Sebagai contoh untuk konversi data ISIS ke Senayan misalnya terlebih dahulu kita sertakan program interface (program penghubung) dengan menggunakan program WINISIS. Langkah pertama adalah buat copyan data isis berupa file iso dengan menggunakan fasilitas export dan import data yang tersedia di program ISIS. Nantinya file iso tersebut dapat dilihat di folder work. Langkah kedua siapkan program Winisis dan konversikan data iso isis tersebut ke program winisis. Anggap saja database di winisis tersebut telah tersedia jadi tinggal ditimpa saja database tersebut dengan file iso tersebut, atau jika ingin membuat database baru tidak menjadi persoalan. Langkah ketiga membuat format tampilan untuk dikonversi di winisis dengan mengklik menu prints format, namai file nya dan oke. Langkah keempat adalah membuat format tampilan untuk data yang akan dikonversi, pilih HTML table with headers....
Langkah selanjutnya adalah buka kembali manual winisis dan pengeditan format tampilan dan pencetakan laporan.
Silahkan pembaca coba sendiri, yang jelas dengan adanya progam interface Winisis mempercepat konversi  data ISIS ke tipe data apapun. Penulis telah mempratekkan dan hasilnya sangat luar biasa. Cepat dan efisien
, sedangkan untuk konversi ke Senayan rubah saja tipe data ke csv file yang compatible dengan database mysql, gunakan fasilitas import database pada pangkalan data senayan....
Akhir kata its work......selamat mencoba




Perancangan Digital Riset Perikanan Berbasis Repository Management System

 Pendahuluan Perpustakaan perguruan tinggi saat ini berada pada kondisi tidak pasti yang disebabkan oleh adanya wabah virus corona yan...