Wednesday 1 February 2012

Kreatifitas, Kesederhanaan dengan SLIMS


Kreatifitas, Kesederhanaan dengan SLIMS
Hukum alam yang terjadi dikehidupan manusia memang berjalan dengan keajegan, namum demikian manusia ternyata dituntut untuk tidak pernah menyerah dan dituntut untuk merubah kemauan menjadi keberhasilan dengan menggunakan “pusaka” berupa kreatifitas dan pembelajaran, trial and error. Tentu proses pembelajaran yang biasa terlihat hasilnya berupa selembar sertifikat keahlian yang didapatkan dari lembaga formal dan lembaga informal, namun demikan manusia yang memiliki akal pikir yang paling sempurna dituntut untuk memberikan perubahan dengan akal pikiran tersebut.
Keadaan tersebut berlaku juga didunia perpustakaan yang memerlukan manusia yang berdedikasi, jujur, kreatif, saleh dan sekaligus sebagai seorang teladan. Ya pustakawan dituntut untuk kreatif ditengah keterbatasan dan kesederhanan, namun dengan masih memiliki dedikasi terhadap pekerjaan yang menurut sebagian masyarakat masih dipandang sebagai profesi yang kesekian. Meskipun perpustakaan memiliki payung hukum dengan adanya UU no 43 tahun 2007, tentang perpustakaan akan tetapi tetap saja tidak menjamin perpustakaan dan profesi pustakawan disegani dikalangan masyarakat luas. Sebagai contoh perpustakaan sekolah akan terasa bermakna apabila ada kegaitan lomba perpustakaan sekolah sebagai syarat mengikuti bermacam kegaiatan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan, selesai lomba maka selesai pula hiruk-pikuk mempersiapkaan layanan perpustakaan yang ideal dengan berbagai macam criteria formalitas yang tidak mencerminkan hakekat dari perpustakaan itu sendiri, perpustakaan perguruan tinggi akan terasa ramai kunjungan mahasiswanya apabila ada deadline harus menyelesaikan tugas akhir mahasiswa,  begitu pentingnya perpustakaan kampus apabila mahasiswa tersebut akan lulus. Mahasiswa beranggapan perpustakaan kampus hanya sebatas museum buku yang koleksinya jadul dan out off date. Mereka biasa menyelesaikan tugas dengan bertanya kepada Prof.Google dan Prof.Yahoo yang lebih fleksibel, kapanpun dan dimanapun, tanpa harus terbatas pada jam layanan dan jumlah koleksi yang terbatas. Toh dengan ketik keyword dan satu enter berjuta informasi tersedia dilayar monitor.
Sama halnya dengan perpustakaan umum, akan bermakna apabila terdapat kegiatan pada saat bulan gemar membaca dan bulan berkunjung keperpustakaan. Ada geliat peningkatan mutu layanan apabila ada sidak dari pejabat yang mau meluangkan waktu berkunjung ke perpustakaan umum, setelah itu yang terdapat adalah kesunyian dan kesepian.
Memang berbagai cara untuk meningkatkan layanan perpustakaan kepada masyarakat mulai digencarkan oleh semua pihak seperti pustakawan, stakeholder, pejabat public dan kalangan artis. Saling bahu-membahu mencipatakan formula untuk meningkatkan citra perpustakaan dan pustakawan sebagai mitra pembelajaran sepanjang hayat. Sebagai contoh dikalangan perpustakaan sekolah misalnya dengan mengadakan acara belajar bersama dengan guru sebagai fasilitator dibantu oleh tenaga perpustakaan memberikan pembelajaran dengan menggunakan koleksi yang ada diperpustakaan baik media buku dan media elektronik, pemberian hadiah kepada siswa yang sering pinjam buku diperpustakaan sekolah pun sebagai senjata ampuh agar perpustakaan lebih bermakna bagi siswa. Dikalangan perpustakaan perguruan tinggi semua civitas akademika diwajibkan sebagai anggota perpustakaan dengan berbagai fasilitas keinformasian untuk proses peningkatan belajar mengajar, penambahan jam layanan, penelusuran dengan menggunakan perangkat teknologi informasi, wifi area, bahkan sarana mobile kapanpun dan dimanapun disediakan oleh perpustakaan kampus, untuk memanjakan pemustaka memanfaatkan layanan perpustakaan.
Perpustakaan umum membuat terobosan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai macam penerbit dan perusahaan dalam bentuk pameran buku dan pameran pendidikan, penambahan jam layanan, layanan pesan dan antar koleksi perpustakaan, sarana bermain, kafetaria, layanan perpustakaan keliling dan lain sebagainya dengan tujuan untuk meningkatkan layanan mutu perpustakaan. Jika sudah demikian maka perpustakaan sebagai sarana pembelajaran alternative masyarakat yang murah, kredibel dan ramah.

Kreatif, sederhana dengan SLIMS
                Tidak ada kata sepi bagi layanan perpustakaan, yang ada adalah menghilangkan kesepian dengan kreatif dan dedikatif”, setidaknya kalimat tersebut yang mengilhami perpustakaan sekolah merubah paradigma perpustakaan sebagai bagian dari lembaga pendidikan yakni sekolah dasar. Perpustakaan sekolah dimanapun selalu mendapatkan problem klasik berupa minimnya fasilitas sarana prasarana, koleksi, tenaga, manajemen dan tentunnya dana pengembangan perpustakaan. Perpustakaan akan bermakna kalau saja sekolah tersebut mendapatkan dana hibah dari pemerintah berupa DAK (dana alokasi khusus) dan Bos (bantuan opreasional sekolah) yang dikhususkan untuk kepentingan pengembangan perpustakaan sekolah, itu pun hanya “logika proyek” yang sampai ke perpustakaan. Bisa kita lihat dari hasil proyek tersebut yang tidak sesuai dengan kepentingan perpustakaan, dari kondisi rak yang tidak sesuai standar perpustakaan, penambahan koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, serta fasilitas TI yang menuntut “ketergantungan” kepada pihak ketiga yang tentunya memberatkan bagi perpustakaan sekolah.
                Namun dengan adanya keterbatasan tersebut memunculkan ide kreatifitas dengan memanfaatkan seperangkat computer untuk memaksimalkan layanan perpustakaan sekolah dasar. 1 unit PC dan printer sebagai lokomotif “meramahkan perpustakaan” dengan basis perpustakaan teknologi informasi, hanya saja keterbatasan sdm rupanya yang cukup menghambat pengembangan perpustakaan sekolah. Mau tidak  mau harus belajar mengasah kemampuan otak kepada orang yang ahli dibidangnya dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Hingga ahirnya menemukan program otomasi perpustakaan yang cocok untuk pengembangan perpustakaan sekolah.
                Sebelum menemukan program aplikasi otomasi perpustakaan sekolah, perpustakaan menggunakan program aplikasi “satu paket” dengan perangkat keras hibah dari dana alokasi khusus, namun yang memberatkan adalah konsultasi pengembangan lebih lanjut yang memerlukan “rupiah” yang tidak sedikit, terlebih program aplikasi tersebut kurang familier dengan petugas perpustakaan sekolah. Akhirnya dengan pemberitahuan dari seorang kawan, berubah mencoba menggunakan aplikasi opensource senayan library automation system (SLIMS). Program aplikasi tersebut diaplikasikan diperpustakaan sekolah dasar tanpa “rupiah”, legal dan sangat mudah. Mulai dari manajemen koleksi, layanan sirkulasi, penelusuran OPAC, statistic dan sarana backup data yang fleksibel, dan yang lebih utama adalah support terhadap computer bekas, terdapat teknologi barcode dan bisa dimanfaatkan oleh beberapa computer melalui jaringan LAN (local area network).
                Pekerjaan pertama membenahi perpustakaan sekolah dasar tersebut adalah mencocokan nomor inventaris dengan mengefikskan secara manual dan secara system computer, karena ini sangatlah penting sebagai laporan pengembangan jumlah koleksi kepada kepala sekolah. Inventaris manual dicacat dibuku inventaris, dan yang elektronik dengan menmasukan data (inputting) data koleksi ke senayan, dengan hasil output berupa, nomor barcode yang langsung ditempel di masing-masing buku sesuai dengan judul dan nomor inventarisnya, sambil menyelam minum air pencetakan label buku dan kartu anggota perpustakaan pun tinggal klik saja.
                Semua koleksi sebagian besar masuk dalam database computer dengan aplikasi senayan, dan kepala sekolahpun rupanya tertarik untuk mengembangkan perpustakaan sekolah tersebut. Rupanya perpustakaan harus membuat proposal pengembangan dengan memanfaatkan teknologi informasi, (wong indomaret saja pake otomasi, kok perpus kalah dengan mereka). Proposal pengembangan dibuat dengan meminta bantuan “kawan” berupa pengadaan 2 komputer, kabel jaringan, HUB 8 port, barcode redaer dan perkakas listrik (bukan dari PLN). Dengan didampingi sikawan itu menghadap kepala sekolah dan kepala sekolah “mengIAKAN” proposal tersebut dengan sedikit perubahan bahan yang sekiranya beli “second” saja, mengingat dana abadi BOS belum turun.
                Alhamdullilah kini perpustakaan tersebut telah tersedia 3 unit personal computer yang saya sulap menjadi  (SERVER+peminjaman, pengembalian, dan opac) dengan menggunakan teknologi jaringan LAN Local dan 1 barcode reader. Yang membanggakan bagi perpustakaan tersebut computer tersebut adalah computer “second” eks warnet yang kondisinya sedang “sakit”, tetapi sekarang sudah diopname dan kembali sehat. Ketiga computer tersebut saling bahu-membahu menyelesaikan pekerjaan rumah perpustakaan yang hampir 70% selesai dengan menggunakan otomasi senayan.
                Sekarang perpustakaan sekolah dasar kami telah sejajar dengan perpustakaan perguruan tinggi dengan menggunakan tekonogi informasi sebagai tulang punggung layanan perpustakaan, investasi pegembangan perpustakaan sekolah dasar hanya berupa perangkat hadware “second” dan menggunakan software legal, bebas, kreatif berupa senayan library otomation system (SLIMS), dengan tetap memberikan dedikasi kepada pengembangan perpustakaan pada umumnya.



Perancangan Digital Riset Perikanan Berbasis Repository Management System

 Pendahuluan Perpustakaan perguruan tinggi saat ini berada pada kondisi tidak pasti yang disebabkan oleh adanya wabah virus corona yan...