Friday 30 March 2012

Perpustakaan Sekolah Masa Depan


Masyarakat telah mengenal perpustakaan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran dan pendidikan. Kedudukan dan fungsi perpustakaan menempati posisi yang strategis dan berperan sebagai fasilitator pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi bagi para pemustaka. Implementasi dari perpustakaan tersebut sebagai sebuah institusi layanan publik tentang keinformasian dan pembelajaran adalah terciptanya berbagai jenis perpustakaan yang disesuaikan dengan segmen masyarakat atau pemustaka perpustakaan itu sendiri. Dari tingkat pusat maupun daerah serta lembaga pemerintah dan swasta, terdapat berbagai jenis perpustakaan yang telah dikenal oleh masyarakat luas diantaranya adalah perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perpustakaan masjid atau tempat ibadah lainnya. Namun demikian pemanfaatannya ternyata masih jauh dari harapan. Perpustakaan sekolah misalnya masih dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak. Padahal perpustakaan sekolah memiliki posisi yang strategis sebagai mitra proses transfer ilmu pengetahuan antara siswa dan guru disekolah. Seringkali perpustakaan sekolah hanya dijadikan “pemanis pendidikan” dengan slogan “perpustakaan adalah jantungnya pendidikan” tanpa adanya tindakan implementasi hakikat jantung pendidikan yang semestinya.
Berbagai alasan klasik menyertai layanan perpustakaan sekolah menyangkut tidak adanya anggaran dari sekolah untuk perpustakaan, ruang perpustakaan yang hanya dijadikan gudang buku semata, SDM atau pustakawan yang melayani pemustaka tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan, tumpang tindihnya kewenangan antara guru dan pustakawan dalam proses pengelolaan perpustakaan, bahkan ada siswa sekolah yang ditugaskan sebagai “penjaga” perpustakaan yang melayani siswa berkunjung keperpustakaan sekolah. Keterbatasan sarana prasarana perpustakaan dan koleksi, serta buruknya manajemen pengelolaan perpustakaan sekolah semakin menjauhkan siswa berkunjung keperpustakaan sekolah. Dengan keadaan tersebut tentunya perpustakaan sekolah hanya sebagai pelengkap pendidikan yang tidak memiliki kempuan dalam menjembatani proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa sekolah.
Keaadaan ini menjadi ironi proses pendidikan disekolah yang sejatinya menciptakan generasi penerus yang cerdas, unggul dan berbudaya. Memang kewenangan perpustakaan sekolah bukan sebagai aktor utama dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas, kewenangan ini ada ditangan pendidik atau guru yang memiliki kapabilitas dan profesionalitas sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Perpustakaan sekolah hanya sebagai penunjung yang menyediakan berbagai macam sumber rujukan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan intelektual bagi siswa sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan mitra guru sekaligus sebagai mitra siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Yang perlu dilaksanakan adalah menguatkan peran perpustakaan sekolah dengan merubah paradigma bentuk layanan dan manajemen informasi perpustakaan sekolah sesuai dengan visi dan misi lembaga dan sebagai tempat belajar sepanjang hayat.

Perpustakaan Sekolah Masa Depan
Salah satu ciri utama perpustakaan masa depan adalah terintegrasinya komponen layanan perpustakaan yang meliputi manjemen koleksi, sarana prasarana, SDM, kewenangan, kerja sama, promosi, jasa layanan prima yang bersinergi dengan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan keharusan bagi perpustakaan sekolah yang lebih mementingkan pada hakikat layanan prima kepada pemustaka. Amanat UU Perpustakaan No 43 tahun 2007 menjelaskan bahwa koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan dari aspek layanan perpustakaan, bahwa setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Layanan perpustakaan dengan basis teknologi informasi dan komunikasi merupakan keniscayaan bagi perpustakaan sekolah yang sejalan dengan perkembagan ilmu pengetahuan yang semakin komplek dan menuntut kreatifitas mencari  rujukan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari sumber informasi global.
Sangatlah jelas UU Perpustakaan mengatur bentuk layanan perpustakaan yang lebih menitikberatkan pada aspek layanan prima, sumber koleksi, pemustaka, pustakawan serta perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai komponen utama membentuk perpustakaan sekolah masa depan. Perpustakaan sekolah masa depan dapat terlaksana dengan melakukan kegiatan implementasi sebagai kegiatan keseharian diperpustakaan sekolah dengan tahap kegiatan sebagai berikut: pertama, manajemen koleksi perpustakaan harus dianalisa dari mulai tahap pengadaan koleksi yang akan dilayankan kepada pemustaka perpustakaan sekolah. Cara lama pengadaan koleksi yang menggantungkan dari koleksi hibah harus dibenahi oleh pustakawan, guru, kepala sekolah dan komite. Artinya bahwa peran komponen tersebut yang lebih maksimal dalam proses pengadaan koleksi diperpustakaan sekolah. Logika proyek pengadaan koleksi harus ditinggalkan karena menimbulkan kerancuan siapa yang harus bertanggung jawab dalam proses pengadaan koleksi. Kesesuaian tema pokok koleksi pelajaran yang seharusnya diadakan dengan menambah, membandingkan kuota jumlah koleksi berbanding jumlah siswa untuk koleksi pelajaran pokok, pelajaran penunjang, ataukah sebagai koleksi pengayaan seringkali terabaikan apabila logika proyek yang dikedepankan. Bukan berarti perpustakaan antipati terhadap program BOS dan DAK (dana alokasi khusus) untuk perpustakaan, tetapi pihak sekolah yang seharusnya diajak bekerja sama dalam kegiatan tersebut dengan komite sekolah sebagai lembaga pengawas. Langkah berikutnya adalah kegiatan administratif perpustakaan yang dikerjakan oleh pustakawan yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu perpustakaan mulai dari kegiatan inventarisasi koleksi, katalogisasi dan klasifikasi, inputting data ke database perpustakaan, pembuatan kelengkapan koleksi meliputi penempelan label nomor panggil koleksi, penempelan barcode, penempelan slip tanggal kembali, dan penempatan koleksi di rak perpustakaan berdasarkan aturan yang baku dan alfabetis.
Manajamen koleksi perpustakaan sekolah masa depan pun menuntut kreatifitas dari pihak pustakawan untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah jumlah koleksi baik dari segi kualitas dan kuantitas koleksi. Perpustakaan sekolah dapat bekerja sama dengan pihak Corporate Social Responsibility perusahaan yang peduli dengan pendidikan.
Kedua adalah sarana prasarana perpustakaan sekolah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pemustaka. Pemusta perpustakaan sekolah adalah siswa, guru dan karyawan yang selalu menginginkan bentuk layanan maksimal perpustakaan dalam mendapatkan informasi yang aktual. Sarana prasarana harus bersinergi dengan perangkat IT sebagai tulang punggung perpustakaan sekolah. Bukan saatnya lagi perpustakaan sekolah selalu mempermasalahkan sarana prasarana utama yang ada diperpustakaan seperti almari katalog, mebeler untuk tamu, katersediaan kartu katalog dan perkakas “mainstrem” perpustakaan. Bukankan sarana tersebut sudah terwakilkan dengan adanya seperangkat komputer yang lebih familier bagi siswa? Bahkan saat ini telah berkembang perpustakaan dunia maya yang memungkinkan pemustaka menelusur informasi kapanpun dan dimanapun.
Ketiga adalah SDM dan kewenangan pengelolaan perpustakaan sekolah. SDM perpustakaan sekolah adalah pustakawan yang memiliki integritas dan kapabilitas sebagai seorang penyaji informasi. Perpustakaan sekolah masa depan menuntut pustakawan yang berdedikasi pada bidangnya dan memiliki kreatifitas memberikan layanan terbaik kepada pemustaka. Sedangkan kewenangan pustakawan perpustakaan sekolah adalah yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses manajemen pengelolaan perpustakaan. Pustakawan memiliki hak otonom untuk mengatur, mengelola, mengolah koleksi cetak dan elektronik, memberikan layanan maksimal tanpa harus dibebani kegiatan lain yang terkadang ditambah beban kerja oleh pihak sekolah dalam urusan tata usaha administrasi sekolah. Kewenangan guru kelas yang biasanya sebagai penanggung jawab perpustakaan sekolah pun harus dikelola kewenagannya sedemikian rupa. Konsep the right man and the right place menjadi acuan untuk menciptakan bentuk layanan informasi maksimal kepada pemustaka. Posisi guru sebagai penanggung jawab perpustakaan sekolah adalah sebagai fasilitator sekaligus sebagai komunikator pustakawan kepada kepala sekolah atau komite sekolah dalam membuat program kerja untuk layanan maksimal kepada pemustaka.
Keempat kerja sama, promosi dan jasa layanan prima. Perpustakaan sekolah masa depan memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak untuk melaksanakannya. Pustakawan yang bertangung jawab dalam pengelolaan perpustakaan harus menjalin kerja sama dengan guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta pihak-pihak lain yang peduli dengan perpustakaan sekolah. Kemampuan pustakawan sekolah dalam bernegosiasi, berkomunikasi dan melaksanakan kegiatan promosi jasa layanan perpustakaan menjadi keharusan yang tidak bisa ditinggalkan. Perpustakaan sekolah akan berjalan dengan baik apabila terdapat komunikasi dan kerja sama antar lembaga yang memiliki peran dan kewenangan sesuai dengan bidangya. Dengan demikian apabila antar komponen tersebut terjalin kerja sama yang baik akan meningkatkan performa layanan prima sebagai tolak ukur keberhasilan layanan perpustakaan sekolah.
Kelima adalah sinergi antara perpustakaan sekolah dengan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Aspek kemudahan layanan informasi perpustakaan menjadi landasan utama dalam penerapan TI untuk perpustakaan. Kegiatan-kegiatan manual yang cenderung menghambat produktifitas dapat diminimalisir dengan bantuan teknologi informasi tersebut. Hebatnya teknologi informasi dan komunikasi ini sangat umum digunakan oleh siapapun termasuk juga untuk pustakawan dan pemustaka. Perpustakaan tinggal mengaplikasikan teknologi tersebut dalam kegiatan keseharian perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah masa depan sudah seharusnya menjadi tujuan utama bagi perpustakaan sekolah dari tingkat dasar, menengah dan atas. Tulang punggung perpustakaan sekolah masa depan adalah perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan untuk kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan sekolah. Kecepatan layanan prima, promosi, kerja sama, integritas pustakawan dan kewenangan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah sebagai indikator perpustakaan sekolah berperan dalam proses pendidikan sepanjang hayat. Fitrah pustakawan masa depan adalah menjadi penyaji informasi kepada pemustaka dan kepada masyarakat luas. Semoga.

Wednesday 1 February 2012

Kreatifitas, Kesederhanaan dengan SLIMS


Kreatifitas, Kesederhanaan dengan SLIMS
Hukum alam yang terjadi dikehidupan manusia memang berjalan dengan keajegan, namum demikian manusia ternyata dituntut untuk tidak pernah menyerah dan dituntut untuk merubah kemauan menjadi keberhasilan dengan menggunakan “pusaka” berupa kreatifitas dan pembelajaran, trial and error. Tentu proses pembelajaran yang biasa terlihat hasilnya berupa selembar sertifikat keahlian yang didapatkan dari lembaga formal dan lembaga informal, namun demikan manusia yang memiliki akal pikir yang paling sempurna dituntut untuk memberikan perubahan dengan akal pikiran tersebut.
Keadaan tersebut berlaku juga didunia perpustakaan yang memerlukan manusia yang berdedikasi, jujur, kreatif, saleh dan sekaligus sebagai seorang teladan. Ya pustakawan dituntut untuk kreatif ditengah keterbatasan dan kesederhanan, namun dengan masih memiliki dedikasi terhadap pekerjaan yang menurut sebagian masyarakat masih dipandang sebagai profesi yang kesekian. Meskipun perpustakaan memiliki payung hukum dengan adanya UU no 43 tahun 2007, tentang perpustakaan akan tetapi tetap saja tidak menjamin perpustakaan dan profesi pustakawan disegani dikalangan masyarakat luas. Sebagai contoh perpustakaan sekolah akan terasa bermakna apabila ada kegaitan lomba perpustakaan sekolah sebagai syarat mengikuti bermacam kegaiatan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan, selesai lomba maka selesai pula hiruk-pikuk mempersiapkaan layanan perpustakaan yang ideal dengan berbagai macam criteria formalitas yang tidak mencerminkan hakekat dari perpustakaan itu sendiri, perpustakaan perguruan tinggi akan terasa ramai kunjungan mahasiswanya apabila ada deadline harus menyelesaikan tugas akhir mahasiswa,  begitu pentingnya perpustakaan kampus apabila mahasiswa tersebut akan lulus. Mahasiswa beranggapan perpustakaan kampus hanya sebatas museum buku yang koleksinya jadul dan out off date. Mereka biasa menyelesaikan tugas dengan bertanya kepada Prof.Google dan Prof.Yahoo yang lebih fleksibel, kapanpun dan dimanapun, tanpa harus terbatas pada jam layanan dan jumlah koleksi yang terbatas. Toh dengan ketik keyword dan satu enter berjuta informasi tersedia dilayar monitor.
Sama halnya dengan perpustakaan umum, akan bermakna apabila terdapat kegiatan pada saat bulan gemar membaca dan bulan berkunjung keperpustakaan. Ada geliat peningkatan mutu layanan apabila ada sidak dari pejabat yang mau meluangkan waktu berkunjung ke perpustakaan umum, setelah itu yang terdapat adalah kesunyian dan kesepian.
Memang berbagai cara untuk meningkatkan layanan perpustakaan kepada masyarakat mulai digencarkan oleh semua pihak seperti pustakawan, stakeholder, pejabat public dan kalangan artis. Saling bahu-membahu mencipatakan formula untuk meningkatkan citra perpustakaan dan pustakawan sebagai mitra pembelajaran sepanjang hayat. Sebagai contoh dikalangan perpustakaan sekolah misalnya dengan mengadakan acara belajar bersama dengan guru sebagai fasilitator dibantu oleh tenaga perpustakaan memberikan pembelajaran dengan menggunakan koleksi yang ada diperpustakaan baik media buku dan media elektronik, pemberian hadiah kepada siswa yang sering pinjam buku diperpustakaan sekolah pun sebagai senjata ampuh agar perpustakaan lebih bermakna bagi siswa. Dikalangan perpustakaan perguruan tinggi semua civitas akademika diwajibkan sebagai anggota perpustakaan dengan berbagai fasilitas keinformasian untuk proses peningkatan belajar mengajar, penambahan jam layanan, penelusuran dengan menggunakan perangkat teknologi informasi, wifi area, bahkan sarana mobile kapanpun dan dimanapun disediakan oleh perpustakaan kampus, untuk memanjakan pemustaka memanfaatkan layanan perpustakaan.
Perpustakaan umum membuat terobosan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai macam penerbit dan perusahaan dalam bentuk pameran buku dan pameran pendidikan, penambahan jam layanan, layanan pesan dan antar koleksi perpustakaan, sarana bermain, kafetaria, layanan perpustakaan keliling dan lain sebagainya dengan tujuan untuk meningkatkan layanan mutu perpustakaan. Jika sudah demikian maka perpustakaan sebagai sarana pembelajaran alternative masyarakat yang murah, kredibel dan ramah.

Kreatif, sederhana dengan SLIMS
                Tidak ada kata sepi bagi layanan perpustakaan, yang ada adalah menghilangkan kesepian dengan kreatif dan dedikatif”, setidaknya kalimat tersebut yang mengilhami perpustakaan sekolah merubah paradigma perpustakaan sebagai bagian dari lembaga pendidikan yakni sekolah dasar. Perpustakaan sekolah dimanapun selalu mendapatkan problem klasik berupa minimnya fasilitas sarana prasarana, koleksi, tenaga, manajemen dan tentunnya dana pengembangan perpustakaan. Perpustakaan akan bermakna kalau saja sekolah tersebut mendapatkan dana hibah dari pemerintah berupa DAK (dana alokasi khusus) dan Bos (bantuan opreasional sekolah) yang dikhususkan untuk kepentingan pengembangan perpustakaan sekolah, itu pun hanya “logika proyek” yang sampai ke perpustakaan. Bisa kita lihat dari hasil proyek tersebut yang tidak sesuai dengan kepentingan perpustakaan, dari kondisi rak yang tidak sesuai standar perpustakaan, penambahan koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, serta fasilitas TI yang menuntut “ketergantungan” kepada pihak ketiga yang tentunya memberatkan bagi perpustakaan sekolah.
                Namun dengan adanya keterbatasan tersebut memunculkan ide kreatifitas dengan memanfaatkan seperangkat computer untuk memaksimalkan layanan perpustakaan sekolah dasar. 1 unit PC dan printer sebagai lokomotif “meramahkan perpustakaan” dengan basis perpustakaan teknologi informasi, hanya saja keterbatasan sdm rupanya yang cukup menghambat pengembangan perpustakaan sekolah. Mau tidak  mau harus belajar mengasah kemampuan otak kepada orang yang ahli dibidangnya dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Hingga ahirnya menemukan program otomasi perpustakaan yang cocok untuk pengembangan perpustakaan sekolah.
                Sebelum menemukan program aplikasi otomasi perpustakaan sekolah, perpustakaan menggunakan program aplikasi “satu paket” dengan perangkat keras hibah dari dana alokasi khusus, namun yang memberatkan adalah konsultasi pengembangan lebih lanjut yang memerlukan “rupiah” yang tidak sedikit, terlebih program aplikasi tersebut kurang familier dengan petugas perpustakaan sekolah. Akhirnya dengan pemberitahuan dari seorang kawan, berubah mencoba menggunakan aplikasi opensource senayan library automation system (SLIMS). Program aplikasi tersebut diaplikasikan diperpustakaan sekolah dasar tanpa “rupiah”, legal dan sangat mudah. Mulai dari manajemen koleksi, layanan sirkulasi, penelusuran OPAC, statistic dan sarana backup data yang fleksibel, dan yang lebih utama adalah support terhadap computer bekas, terdapat teknologi barcode dan bisa dimanfaatkan oleh beberapa computer melalui jaringan LAN (local area network).
                Pekerjaan pertama membenahi perpustakaan sekolah dasar tersebut adalah mencocokan nomor inventaris dengan mengefikskan secara manual dan secara system computer, karena ini sangatlah penting sebagai laporan pengembangan jumlah koleksi kepada kepala sekolah. Inventaris manual dicacat dibuku inventaris, dan yang elektronik dengan menmasukan data (inputting) data koleksi ke senayan, dengan hasil output berupa, nomor barcode yang langsung ditempel di masing-masing buku sesuai dengan judul dan nomor inventarisnya, sambil menyelam minum air pencetakan label buku dan kartu anggota perpustakaan pun tinggal klik saja.
                Semua koleksi sebagian besar masuk dalam database computer dengan aplikasi senayan, dan kepala sekolahpun rupanya tertarik untuk mengembangkan perpustakaan sekolah tersebut. Rupanya perpustakaan harus membuat proposal pengembangan dengan memanfaatkan teknologi informasi, (wong indomaret saja pake otomasi, kok perpus kalah dengan mereka). Proposal pengembangan dibuat dengan meminta bantuan “kawan” berupa pengadaan 2 komputer, kabel jaringan, HUB 8 port, barcode redaer dan perkakas listrik (bukan dari PLN). Dengan didampingi sikawan itu menghadap kepala sekolah dan kepala sekolah “mengIAKAN” proposal tersebut dengan sedikit perubahan bahan yang sekiranya beli “second” saja, mengingat dana abadi BOS belum turun.
                Alhamdullilah kini perpustakaan tersebut telah tersedia 3 unit personal computer yang saya sulap menjadi  (SERVER+peminjaman, pengembalian, dan opac) dengan menggunakan teknologi jaringan LAN Local dan 1 barcode reader. Yang membanggakan bagi perpustakaan tersebut computer tersebut adalah computer “second” eks warnet yang kondisinya sedang “sakit”, tetapi sekarang sudah diopname dan kembali sehat. Ketiga computer tersebut saling bahu-membahu menyelesaikan pekerjaan rumah perpustakaan yang hampir 70% selesai dengan menggunakan otomasi senayan.
                Sekarang perpustakaan sekolah dasar kami telah sejajar dengan perpustakaan perguruan tinggi dengan menggunakan tekonogi informasi sebagai tulang punggung layanan perpustakaan, investasi pegembangan perpustakaan sekolah dasar hanya berupa perangkat hadware “second” dan menggunakan software legal, bebas, kreatif berupa senayan library otomation system (SLIMS), dengan tetap memberikan dedikasi kepada pengembangan perpustakaan pada umumnya.



Perancangan Digital Riset Perikanan Berbasis Repository Management System

 Pendahuluan Perpustakaan perguruan tinggi saat ini berada pada kondisi tidak pasti yang disebabkan oleh adanya wabah virus corona yan...