Masyarakat telah mengenal perpustakaan
sebagai bagian integral dari proses pembelajaran dan pendidikan. Kedudukan dan
fungsi perpustakaan menempati posisi yang strategis dan berperan sebagai
fasilitator pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara professional
dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian informasi dan rekreasi bagi para pemustaka. Implementasi dari
perpustakaan tersebut sebagai sebuah institusi layanan publik tentang
keinformasian dan pembelajaran adalah terciptanya berbagai jenis perpustakaan yang
disesuaikan dengan segmen masyarakat atau pemustaka perpustakaan itu sendiri.
Dari tingkat pusat maupun daerah serta lembaga pemerintah dan swasta, terdapat
berbagai jenis perpustakaan yang telah dikenal oleh masyarakat luas diantaranya
adalah perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan perguruan
tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perpustakaan masjid atau
tempat ibadah lainnya. Namun demikian pemanfaatannya ternyata masih jauh dari
harapan. Perpustakaan sekolah misalnya masih dipandang sebelah mata oleh
berbagai pihak. Padahal perpustakaan sekolah memiliki posisi yang strategis
sebagai mitra proses transfer ilmu pengetahuan antara siswa dan guru disekolah.
Seringkali perpustakaan sekolah hanya dijadikan “pemanis pendidikan” dengan
slogan “perpustakaan adalah jantungnya pendidikan” tanpa adanya tindakan
implementasi hakikat jantung pendidikan yang semestinya.
Berbagai alasan klasik menyertai layanan
perpustakaan sekolah menyangkut tidak adanya anggaran dari sekolah untuk
perpustakaan, ruang perpustakaan yang hanya dijadikan gudang buku semata, SDM atau
pustakawan yang melayani pemustaka tidak memiliki latar belakang ilmu
perpustakaan, tumpang tindihnya kewenangan antara guru dan pustakawan dalam
proses pengelolaan perpustakaan, bahkan ada siswa sekolah yang ditugaskan
sebagai “penjaga” perpustakaan yang melayani siswa berkunjung keperpustakaan
sekolah. Keterbatasan sarana prasarana perpustakaan dan koleksi, serta buruknya
manajemen pengelolaan perpustakaan sekolah semakin menjauhkan siswa berkunjung
keperpustakaan sekolah. Dengan keadaan tersebut tentunya perpustakaan sekolah
hanya sebagai pelengkap pendidikan yang tidak memiliki kempuan dalam menjembatani
proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa sekolah.
Keaadaan ini menjadi ironi proses
pendidikan disekolah yang sejatinya menciptakan generasi penerus yang cerdas,
unggul dan berbudaya. Memang kewenangan perpustakaan sekolah bukan sebagai
aktor utama dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas, kewenangan ini ada
ditangan pendidik atau guru yang memiliki kapabilitas dan profesionalitas
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Perpustakaan sekolah hanya sebagai
penunjung yang menyediakan berbagai macam sumber rujukan ilmu pengetahuan untuk
menambah wawasan intelektual bagi siswa sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan
mitra guru sekaligus sebagai mitra siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Yang perlu dilaksanakan adalah menguatkan peran perpustakaan sekolah
dengan merubah paradigma bentuk layanan dan manajemen informasi perpustakaan
sekolah sesuai dengan visi dan misi lembaga dan sebagai tempat belajar
sepanjang hayat.
Perpustakaan Sekolah
Masa Depan
Salah satu ciri utama perpustakaan masa
depan adalah terintegrasinya komponen layanan perpustakaan yang meliputi
manjemen koleksi, sarana prasarana, SDM, kewenangan, kerja sama, promosi, jasa
layanan prima yang bersinergi dengan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan keharusan bagi
perpustakaan sekolah yang lebih mementingkan pada hakikat layanan prima kepada
pemustaka. Amanat UU Perpustakaan No 43 tahun 2007 menjelaskan bahwa koleksi
perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai
dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
Sedangkan dari aspek layanan
perpustakaan, bahwa setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan
sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Layanan perpustakaan
dengan basis teknologi informasi dan komunikasi merupakan keniscayaan bagi
perpustakaan sekolah yang sejalan dengan perkembagan ilmu pengetahuan yang
semakin komplek dan menuntut kreatifitas mencari rujukan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari
sumber informasi global.
Sangatlah jelas UU Perpustakaan mengatur
bentuk layanan perpustakaan yang lebih menitikberatkan pada aspek layanan
prima, sumber koleksi, pemustaka, pustakawan serta perangkat teknologi
informasi dan komunikasi sebagai komponen utama membentuk perpustakaan sekolah
masa depan. Perpustakaan sekolah masa depan dapat terlaksana dengan melakukan
kegiatan implementasi sebagai kegiatan keseharian diperpustakaan sekolah dengan
tahap kegiatan sebagai berikut: pertama,
manajemen koleksi perpustakaan harus dianalisa dari mulai tahap pengadaan
koleksi yang akan dilayankan kepada pemustaka perpustakaan sekolah. Cara lama
pengadaan koleksi yang menggantungkan dari koleksi hibah harus dibenahi oleh
pustakawan, guru, kepala sekolah dan komite. Artinya bahwa peran komponen
tersebut yang lebih maksimal dalam proses pengadaan koleksi diperpustakaan
sekolah. Logika proyek pengadaan koleksi harus ditinggalkan karena menimbulkan
kerancuan siapa yang harus bertanggung jawab dalam proses pengadaan koleksi.
Kesesuaian tema pokok koleksi pelajaran yang seharusnya diadakan dengan
menambah, membandingkan kuota jumlah koleksi berbanding jumlah siswa untuk
koleksi pelajaran pokok, pelajaran penunjang, ataukah sebagai koleksi pengayaan
seringkali terabaikan apabila logika proyek yang dikedepankan. Bukan berarti
perpustakaan antipati terhadap program BOS dan DAK (dana alokasi khusus) untuk
perpustakaan, tetapi pihak sekolah yang seharusnya diajak bekerja sama dalam
kegiatan tersebut dengan komite sekolah sebagai lembaga pengawas. Langkah
berikutnya adalah kegiatan administratif perpustakaan yang dikerjakan oleh
pustakawan yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu perpustakaan mulai dari
kegiatan inventarisasi koleksi, katalogisasi dan klasifikasi, inputting data ke database perpustakaan, pembuatan kelengkapan koleksi meliputi
penempelan label nomor panggil koleksi, penempelan barcode, penempelan slip tanggal kembali, dan penempatan koleksi di
rak perpustakaan berdasarkan aturan yang baku dan alfabetis.
Manajamen koleksi perpustakaan sekolah
masa depan pun menuntut kreatifitas dari pihak pustakawan untuk melakukan kerja
sama dengan berbagai pihak untuk menambah jumlah koleksi baik dari segi
kualitas dan kuantitas koleksi. Perpustakaan sekolah dapat bekerja sama dengan
pihak Corporate Social Responsibility
perusahaan yang peduli dengan pendidikan.
Kedua adalah sarana
prasarana perpustakaan sekolah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan pemustaka. Pemusta perpustakaan sekolah adalah siswa, guru dan
karyawan yang selalu menginginkan bentuk layanan maksimal perpustakaan dalam
mendapatkan informasi yang aktual. Sarana prasarana harus bersinergi dengan
perangkat IT sebagai tulang punggung perpustakaan sekolah. Bukan saatnya lagi
perpustakaan sekolah selalu mempermasalahkan sarana prasarana utama yang ada
diperpustakaan seperti almari katalog, mebeler untuk tamu, katersediaan kartu
katalog dan perkakas “mainstrem” perpustakaan. Bukankan sarana tersebut sudah
terwakilkan dengan adanya seperangkat komputer yang lebih familier bagi siswa?
Bahkan saat ini telah berkembang perpustakaan dunia maya yang memungkinkan
pemustaka menelusur informasi kapanpun dan dimanapun.
Ketiga
adalah SDM dan kewenangan pengelolaan perpustakaan sekolah. SDM perpustakaan
sekolah adalah pustakawan yang memiliki integritas dan kapabilitas sebagai
seorang penyaji informasi. Perpustakaan sekolah masa depan menuntut pustakawan
yang berdedikasi pada bidangnya dan memiliki kreatifitas memberikan layanan
terbaik kepada pemustaka. Sedangkan kewenangan pustakawan perpustakaan sekolah
adalah yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses manajemen pengelolaan
perpustakaan. Pustakawan memiliki hak otonom untuk mengatur, mengelola, mengolah
koleksi cetak dan elektronik, memberikan layanan maksimal tanpa harus dibebani
kegiatan lain yang terkadang ditambah beban kerja oleh pihak sekolah dalam
urusan tata usaha administrasi sekolah. Kewenangan guru kelas yang biasanya
sebagai penanggung jawab perpustakaan sekolah pun harus dikelola kewenagannya
sedemikian rupa. Konsep the right man and
the right place menjadi acuan untuk menciptakan bentuk layanan informasi
maksimal kepada pemustaka. Posisi guru sebagai penanggung jawab perpustakaan
sekolah adalah sebagai fasilitator sekaligus sebagai komunikator pustakawan
kepada kepala sekolah atau komite sekolah dalam membuat program kerja untuk
layanan maksimal kepada pemustaka.
Keempat
kerja sama, promosi dan jasa layanan prima. Perpustakaan sekolah masa depan
memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak untuk melaksanakannya.
Pustakawan yang bertangung jawab dalam pengelolaan perpustakaan harus menjalin
kerja sama dengan guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta pihak-pihak lain
yang peduli dengan perpustakaan sekolah. Kemampuan pustakawan sekolah dalam
bernegosiasi, berkomunikasi dan melaksanakan kegiatan promosi jasa layanan
perpustakaan menjadi keharusan yang tidak bisa ditinggalkan. Perpustakaan
sekolah akan berjalan dengan baik apabila terdapat komunikasi dan kerja sama
antar lembaga yang memiliki peran dan kewenangan sesuai dengan bidangya. Dengan
demikian apabila antar komponen tersebut terjalin kerja sama yang baik akan
meningkatkan performa layanan prima sebagai tolak ukur keberhasilan layanan
perpustakaan sekolah.
Kelima
adalah sinergi antara perpustakaan sekolah dengan perangkat teknologi informasi
dan komunikasi. Aspek kemudahan layanan informasi perpustakaan menjadi landasan
utama dalam penerapan TI untuk perpustakaan. Kegiatan-kegiatan manual yang
cenderung menghambat produktifitas dapat diminimalisir dengan bantuan teknologi
informasi tersebut. Hebatnya teknologi informasi dan komunikasi ini sangat umum
digunakan oleh siapapun termasuk juga untuk pustakawan dan pemustaka.
Perpustakaan tinggal mengaplikasikan teknologi tersebut dalam kegiatan
keseharian perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah masa depan sudah
seharusnya menjadi tujuan utama bagi perpustakaan sekolah dari tingkat dasar,
menengah dan atas. Tulang punggung perpustakaan sekolah masa depan adalah
perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan untuk kegiatan
kerumahtanggaan perpustakaan sekolah. Kecepatan layanan prima, promosi, kerja
sama, integritas pustakawan dan kewenangan dalam mengembangkan perpustakaan
sekolah sebagai indikator perpustakaan sekolah berperan dalam proses pendidikan
sepanjang hayat. Fitrah pustakawan masa depan adalah menjadi penyaji informasi
kepada pemustaka dan kepada masyarakat luas. Semoga.